Minggu, 27 Maret 2011

Kunci Mengalahkan Depresi



T
ahun 1812, Ann Judson (dari new England) berangkat bersama suaminya, Adoniram, dalam suatu perjalanan pelayanan panjang penuh bahaya. Keluarga Judson berlayar jauh sampai ke Myanmar sebagai utusan injil. Ann mencatat dalam buku hariannya bagaimana mereka bertahan dalam kondisi yang hampir tak tertahankan. “Setelah beberapa kali mengalami tekanan karena masa depan yang tampak suram di depan kami,” tulisnya, “segala sesuatu yang berkaitan dengan misi kecil kami menjadi serba tidak menentu. Aku merasa sulit untuk hidup hanya dengan iman, dan untuk percaya sepenuhnya kepada Allah tatkala jalan di hadapanku tampak begitu gelap.” Tetapi Ann menambahkan, “Jika
jalannya lurus dan lancar, kapan kita dapat memperoleh kesempatan untuk mempercayai Allah? Jadi, daripada menggerutu dan mengeluh, aku bersukacita dan bersyukur karena Bapa Surgawi membuatku mempercayai-Nya dengan meniadakan hal-hal yang cenderung kita andalkan.” Bagaimana sikap kita ketika hal-hal yang biasanya bagi kita andalkan tiba-tiba tak ada lagi? Apakah kita akan berterima kasih atas setiap ujian?
Tuhan mengetahui kesukaran, pergumulan, dan tantangan kita. Tetapi ia tidak menginginkan kita hidup dalam “alam kenyamanan,” dan hari berikutnya jatuh ke tempat sampah, kalah dan depresi karena kita mempunyai masalah. Tuhan ingin kita hidup dengan konsisten.
Jika kita memusatkan perhatian terlalu besar untuk masa depan, kita akan frustasi karena kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Ketidakpastian itu meningkatkan tekanan hidup dan menciptakan rasa tidak aman. Yakinlah bahwa Tuhan akan memberikan kepada kita apa yang kita butuhkan.
Dengan tindakan Anda, pilihlah untuk mulai menikmati kehidupan sekarang. Belajarlah untuk menikmati segala sesuatu yang ada di sekeliling Anda. Kebahagiaan adalah keputusan yang Anda buat, bukan emosi yang Anda rasakan. Tentu saja hal-hal buruk bisa terjadi, tetapi itulah saat kita harus membuat sebuah keputusan bahwa kita akan berbahagia walaupun keadaan tidak mendukung.
Alkitab berkata bahwa kita seperti kabut, yang ada suatu saat dan tidak berapa lama kemudian lenyap (Yakobus 4:4). Kehidupan segera berlalu, jadi jangan buang waktu Anda yang berharga dengan menjadi marah, tidak bahagia, atau kuatir. Pemazmur berkata,”Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya” (Mazmur 118:24). Perhatikanlah, bahwa ia tidak mengatakan, “Besok, aku akan berbahagia.” Tetapi ia berkata, “Inilah harinya.” Inilah hari saat Tuhan menginginkan kita berbahagia.
    
                              ~Dikutip dari : ARTIKEL UTAMA GKPB Fajar Pengharapan (26 - 27 Maret 2011)~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar